#27 Adira & Alvaro
Jam
makan siang adalah waktu yang selalu dinantikan oleh Adira. Adira selalu
memilih untuk makan di restaurant yang terletak di sebrang kantor. Seringkali
Adira makan dengan Kiara atau teman kantor lainnya. Dia selalu membawa notebook
setiap kali dia makan di Let’s Eat Resto.
Adira
duduk di salah satu sudut ruangan. Dia selalu memilih tempat duduk yang sama,
dengan alasan tempat strategis untuk melihat suasana di resto ini. Adira sudah
berulang kali membolak-balik buku menu dan terus saja melihat kearah jam
tangannya. Tapi Kiara tak kunjung datang. Ya, hari ini Adira dan Kiara sepakat
untuk lunch bareng.
Tak
berapa lama ponsel Adira berbunyi menandakan ada pesan masuk.
From:
Kiara
Dir,
lo pesen duluan aja,
sekalian
pesenin gw kwetiauw
goreng
pedes sama lemon tea.
Masih
ditahan pak Boss..
Begitu
membaca pesan dari Kiara, Adira langsung memesan menu makan siang mereka.
Setelah mbak-mbak yang ambil pesanan pergi, Adira segera mengeluarkan
notebooknya. Dia mulai mencoret-coret tidak jelas. Di sisi kanan terdapat
gambar pohon, lalu ada awan dan burung, lalu bangku taman, dan tulisan PARK.
Foto: Pinterest |
Bunyi
pintu dibuka membuat Adira mendongakkan kepalanya mengira Kiara yang datang,
tapi ternyata bukan. Laki-laki dengan perawakan tinggi masuk dengan senyum yang
terus tersungging diwajahnya. Adira tersenyum, lalu menunduk menatap
notebooknya. Adira membuka halaman baru
dalam notebooknya.
Senyum
yang tak pernah hilang dari wajahnya
Dia
selalu datang dengan senyumnya
Ketika
orang lain jatuh hati pada senyumnya,
Aku
jatuh hati pada matanya.
Mata
itu hitam, tajam, tapi sangat menenangkan
Mata
itu yang membuatku jatuh hati terus dan terus
Tiga
tahun yang lalu,
Pertama
kali aku bertemu dengannya
Pandangan
kami bertemu, lalu dia tersenyum sambil mengulurkan tangan
Pada
saat itu untuk pertama kalinya aku seakan terhipnotis oleh mata hitam itu
Mata
hitam itu yang selalu menarikku seperti magnet untuk terus memandangnya
Dan di
waktu yang sama, mata hitam itu juga membuatku malu dan tak berani untuk
menatapnya lama
Untuk
pertama kalinya aku jatuh cinta pada seseorang
Teruntuk
pemilik mata hitam itu, aku ingin menyapamu
Menyapamu
dalam diamku, menyapamu dalam tulisan ini
Hi,
you.
-
Adira -
“Kenapa
gak langsung nyapa?”
Suara
itu terdengar jelas ditelinga Adira. Suara yang selama tiga tahun ini dia
dengarkan dalam diam. Bukanya mendongakkan kepalanya, Adira malah terus
menggelengkan kepalanya berharap halusinasinya segera enyah dari kepalanya.
Tapi nyatanya, suara itu kembali ia dengar.
“Nggak
pusing apa Ra geleng-geleng terus?”
Seketika
Adira mendongak dan tangannya segera membekap mulutnya. Adira mencoba bersikap
biasa dan segera menutup notebooknya, tapi apa daya tangan Alvaro telah lebih
dulu mengambilnya. Alvaro yang selalu jahil pada Adira mulai membuka
notebooknya. Alvaro terus membuka-buka setiap halaman notebook Adira yang telah
penuh dengan gambar dan tulisan-tulisannya.
“Mas
varo balikin dong.”pinta Adira.
Alvaro
menggeleng. “Sapa dulu orangnya kalo emang pengen nyapa.”
“Nyapa
siapa, udah balikin sini.” Tangan Adira terus berusaha meraih notebooknya.
“Orangnya
kan udah ada didepanmu kenapa nggak disapa?”
“Hah?”Adira
mulai gelagapan.
“Sesulit
apa sih nyapa duluan? Udah tiga tahun juga masih aja.”
“Maksudnya?”
“
Masak harus selalu aku sapa duluan sih Dir? Bukannya aku kegeeran, tapi orang
yang kamu tulis ini aku kan? Aku udah pernah baca notebook kamu kok.”
“Kok
bisa? Ahh, jangan bilang yang nitipin notebook aku ke Kiara waktu itu mas Varo?”tanya
Adira.
Alvaro
hanya mengangguk mantap dan tersenyum. Lain halnya dengan Adira, dia sudah
bersiap akan kabur tapi tangan Alvaro lebih dulu mencegahnya. Adira menunduk
tidak berani menatap Alvaro.
“Mas
Varo tahu semua isi notebookku?”
“Yups,
dari halaman pertama sampai yang terakhir yang bilang kamu seneng karena abis
dapet reward dari pak boss dan lunch
bareng sama aku dan Kiara.”
Pundak
Adira semakin merosot. “Berarti udah dua tahun dong? Haish, rasanya besok
pengen ngajuin surat resign.”ucap
Adira sambil menghentak-hentakkan kakinya frustasi.
Alvaro
tertawa mendengar perkataan Adira. Tak berapa lama Kiara datang dan membuat Adira
seakan sedikit terselamatkan.
“Udah
disini aja Al?” Sapa Kiara.
“Lo
sih kelamaan, ya jadi gue nemenin temen lo yang lagi sendiri ini.”
“Kirain
udah mau terang-terangan.” Ucap Kiara asal.
“Diem
deh Ki.”
Adira
yang tidak tahu-menahu arah pembicaraan kedua rekan kerjanya mencoba bertanya.
“Terang-terangan apaan Ki?”
“Oh,
terang-terangan kalo si Alvaro mau deketin lo.”
“What?”
“Ups,
kayaknya gue perlu pindah meja nih buat makan. Bye” Pamit Kiara sambil membawa
kwetiauw dan lemon teanya kabur dari Alvaro dan Adira.
Alvaro
yang bingung dengan situasi saat ini hanya bisa menggaruk tengkuknya yang
sebenarnya tidak gatal. Sedangan Adira hanya mengaduk-aduk nasi goreng
pesanannya. Alvaro yang biasanya bisa dengan mudah membuka pembicaraan dengan
lawan bicaranya, entah kenapa tidak untuk saat ini. Biasanya dia juga menjahili
Adira, tetapi dia hanya diam tak tahu harus bicara apa.
Tak
berapa lama suara sms masuk terdengar dari ponsel Alvaro.
From:
Kiara
Mau
sampe kapan kalian diem?
Ngobrol
kek, biasa juga jahilin doi
To:Kiara
Mulut
lo sih ember
Kampret
emang lo mah
Gila,
ini awkward bgt, bingung gw
From:
Kiara
Yaudah
jujur aja
Gw
dukung 100% kok, hahahaha
Ketika
Alvaro akan membalas pesan dari Kiara, Adira membuka suara lebih dulu.
“
Mas aku duluan ya, aku udah selesai.”kata Adira sambil mengambil notebook,
dompet, dan ponselnya.
“
Tunggu Ra! Bisa ngomong bentar nggak di luar?”tanya Alvaro penuh harap.
Adira
ragu. “ Emm, kayaknya nggak sekarang deh mas. Aku duluan ya.”
******
Kiara
menghampiri meja kerja Adira. Dilihatnya rekan kerjanya itu sedang membenturkan
kepalanya ke meja kerja berulang kali. Kiara yang tahu Adira sudah lama
menyukai Alvaro hanya bisa tersenyum melihat kelakuan Adira. Di tambah lagi
saat tadi Alvaro juga mengeluh kebingungan harus bagaimana menghadapi Adira.
Kiara
menepuk pundak Adira dan duduk disebelahnya.
“Kenapa
Dir?”
Adira
mendongakkan kepala. “Lo juga tahu kalo Mas Varo pernah baca notebook gue?”tanya
Adira melas.
Kiara
mengangguk. “Dia bilang kok sama gue kalo sempet baca, cuma dia nyuruh gue buat
nggak kasih tahu lo.”
“Terus
lo beneran nggak kasih tahu gue? Padahal lo tahu itu notebook isinya tentang
mas Varo.”
“Lo
nih begok apa gimana ya. Lo emang nggak sadar, selama ini Alvaro tuh ngelakuin
beberapa hal yang lo tulis di notebook lo?”
“Maksudnya?”
“Coklat,
toples origami bintang, gantungan kunci, phone case, ice cream, pigura itu.”tunjuk
Kiara. “Itu beberapa hal ya lo pengen dan dia titipin ke gue buat lo.”
“Gue
pikir itu emang lo yang beliin.”
“Udah
ah, gue cuma mau kasih tahu lo sebatas itu. Sisanya kalian berdua yang
nyelesein sendiri. Sama-sama suka kok pada dibikin ribet.”kata Kiara sembari
beranjak menuju meja kerjanya.
Sepeninggal
Kiara, Adira mencoba memfokuskan pada pekerjaannya. Dia tidak mau pekerjaannya
sampai keteteran walaupun kepalanya masih dipenuhi dengan Alvaro dan
notebooknya.
Jam
sudah menunjukkan pukul 17.00. Adira membereskan meja kerjanya dan bersiap
untuk pulang. Saat Adira hendak memasukkan notebooknya, matanya menangkap
sebuah kotak yang baru pertama kali dilihatnya. Adira membuka kotak berwarna
biru muda yang ternyata berisi permen cupa cup.
Foto: Pinterest |
To:
Adira
Aku
tunggu di taman belakang kantor abis kamu pulang kantor.
I’ve
something to tell you. J
-
Alvaro -
******
Regards,
F
0 komentar