#44 Abil, Anugerah Terindah
Jam tangan Abel menunjukkan
tepat pukul 17.00. Dia segera mematikan mesin mobilnya dan turun. Abel berjalan
menaiki tangga dan membuka pintu rumahnya.
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam mommy..” Terdengar
suara bunda menjawab salam abel dengan suara yang dibuat seperti anak kecil.
Senyum Abel segera merekah tatkala melihat Abil berlari kecil dari belakang bunda kearah Abel sambil mengulurkan tangannya meminta untuk digendong. Melihat Abil tertawa kecil ketika Abel menciumi perutnya membuat rasa lelah seharian di kantor hilang. Abel mendudukkan Abil di sofa kecil khusus untuk Abil, sambil menunggu Abel membersihkan dirinya.
Abil sedang sibuk menyusuk balok-balok dan mobil-mobilan ketika Abel keluar dari kamar. Bunda datang menghampiri keduanya sambil membawa sepiring buah mangga.
“Abil mau maem mangga sayang?”tanya bunda lembut.
Mata Abil berbinar ketika dia melihat piring penuh dengan buah kesukaannya, kemudian menganggukkan kepala menandakan kalo dia juga mau.
“Mangganya buat mommy aja oma.”kata Abel pada bundanya untuk menggoda Abil.
“No no no, mangga Abil itu.”jawab
Abil sambil berdiri kemudian menghampiri piring mangga.
Abel terus saja menggoda Abil dengan meminta semua potongan mangganya. Tapi Abil juga cerdik, dia mengambil piring yang biasa dia gunakan untuk makan. Kemudia dia mengambil beberapa potong mangga dan diberikan pada Abel.
Dengan hati-hati Abil memberikan piringnya sambil berkata, “ini mangganya mommy, yang itu punya Abil.”
Abel tersenyum menerima piring dari Abil. “Terima kasih gantengnya mommy.”ucap Abel sambil mengacak-acak rambut Abil.
Bunda yang melihat interaksi putri dan cucunya itu terlihat terharu. “Perjalanan kamu mendidik Abil masih panjang sayang. Bunda bangga sama kamu di usia kamu sekarang, kamu memilih Abil untuk kamu besarkan.”
“Abil itu jadi awal hidup Abel. Matanya selalu menarikku untuk terus menyayanginya bun. Abel juga berterima kasih karena Abil ada di hidup Abel sekarang. Dia obat untuk segala hal buat Abel.”kata Abel sambil melihat Abil yang mulai berjoget ketika mendengar lagu Baby Shark.
******
Siang ini Abel sudah berjanji dengan Abil untuk pergi berdua saja ke salah satu mall di Jogja. Setelah berhasil mendapatkan parker, Abel dan Abil segera berjalan menuju escalator untuk ke lantai 3. Begitu sampai ditempat yang sudah Abil inginkan sejak kemarin sore, Abil langsung berlari kecil tidak sabar untuk bermain. Matanya berbinar melihat kolam penuh dengan bola.
Abel segera menyusul Abil setelah membayar pada petugas yang berjaga. Saat sebelum masuk area bermain, Abil melepas sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu yang tersedia. Salah satu orang tua yang juga sedang menemani anaknya bermain memuji sikap Abil.
“Pinter banget mbak putranya, sudah tahu harus ditaruh mana sepatunya.”celetuk salah satu ibu dengan baju biru muda.
“Iya, mbaknya berhasil
mendidik biar anaknya disiplin.”sahut ibu-ibu yang duduk disampingnya.
Abel hanya tersenyum dan menjawab seadanya. Abel terus memerhatikan dan mengawasi Abil yang sedang bermain prosotan. Dia kembali pada ingatannya tiga tahun lalu.
“Nay, bayi kamu lucu banget sih. Matanya kayak bersinar ceria.”ucap Abel ketika ia datang ke salah satu rumah bersalin.
Nayla
tersenyum. “Iya, dia selalu tersenyum.”
“Boleh
aku gendong?”tanya Abel tanpa melepas tatapannya pada bayi Nayla.
“Jelas
boleh.”
Dengan
antusias Abel menggendong bayi Nayla. Dari tempat tidurnya, Nayla terus menatap
lurus pada Abel.
“Bel,
aku boleh titip Abil sama kamu?”
Mendengar
perkataan sahabatnya itu membuat Abel segera menoleh dan menghampiri Nayla. “Maksud
kamu apa sih?”
“Aku
nggak punya siapa-siapa lagi, mas Aga udah pergi lebih dulu. Dan entahlah, aku
rasa aku nggak bisa jaga Abil, Bel.”
“Hussh,
ngawur kamu. Kamu kan udah bilang sama mas Aga mau jaga Abil bareng aku. Nggak usah
ngawur deh ngomongnya.”kataku mulai meneteskan air mata.
Tangan
kurus Nayla terulur, menghapus air mata yang tidak mau berhenti membasahi pipi
Abel. “Abel, janji sama aku, kalo ada apa-apa sama aku, aku minta tolong jaga
Abil buat aku dan mas Aga ya? Aku mau kamu jadi mama untuk dia.”
Abel
terus menggeleng tidak setuju dengan perkataan Nayla. Dia yakin sahabatnya itu
akan sembuh dan bisa menjaga Abil bersamanya. Dia berusaha menguatkan
sahabatnya itu.
Dua
hari setelah Abel menemani Nayla dan Abil di rumah sakit, Abel mendapat kabar
yang tidak menyenangkan. Nayla benar-benar pergi meninggalkannya untuk
selamanya. Bukan karena dia harus menjaga Abil, tetapi persahabatan sejak
sekolah dasar hingga kini membuat Abel dan Nayla seperti anak kembar yang tak
terpisahkan. Abel tak henti-hentinya meneteskan air mata meski Nayla sudah di
tempat peristirahatan terakhirnya. Sejak mendengar kabar Nayla memburuk sampai
dia menghembuskan napas dan dikebumikan, Abel tak pernah melepas Abil. Dia
terus menggendong bayi laki-laki itu penuh tatapan sayang.
Abel sudah memutuskan untuk menepati janjinya pada mas Aga dan Nayla untuk menjaga Abil. Bukan hanya karena janji itu, tetapi sejak Abil lahir dan mata kedua bertemu, Abel sudah sangat sayang pada Abil. Seakan mata Abil bisa menarik semua perhatian Abel dari dunianya. Tentu keputusan Abel memilih Abil membuat Abel melepas beberapa hal, bahkan kekasihnya. Dino tidak menyetujui keputusan Abel untuk hidup dengan Abil, dan dengan ikhlas Abel melepas Dino.
Tak hanya itu, waktu Abel pun hanya tercurah untuk Abil, keluarganya, dan pekerjaannya. Meski begitu, Abel selalu bersyukur memiliki Abil. Seakan Abil adalah kunci keberhasilannya. Karir Abel meningkat walau tidak dengan percintaannya.
“Mommy kok nangis?”tanya Abil
menghampiri Abel.
Abel segera menghapus air mata yang mulai membasahi pipinya. “Mommy nangis karena mommy bahagia lihat Abil ketawa senang bisa main disini.”jawab Abel.
Abil kemudian duduk dipangkuan Abel sambil berusaha memeluk mommynya agar tidak menangis. “Mommy jangan nangis, mommy senyum aja.”
Sambil membalas pelukan Abil. “iya ganteng, makasih ya sayang. Mommy sayang banget sama Abil.”
“Abil juga sayang mommy.”kata Abil mempererat pelukannya.
Seharian menghabiskan waktu di mall untuk bermain, Abil sudah tidur saat sampai di rumah. Setelah meletakkan Abil di tempat tidurnya, Abel menghampiri kedua orang tuanya. Setiap Abel mengingat Nayla, dia selalu mengingat seberapa sayang dan sangat mendukungnya orang tua Abel pada keputusannya. Dia selalu berterima kasih karena bunda dan ayahnya selalu berada disampingnya.
Abel duduk di antara bunda dan ayahnya. “Makasih ya bun, yah, udah support dan selalu ada untuk Abel.”
Keduanya tersenyum mengangguk dan memeluk Abel.
“Pasti kamu keinget sama Nayla ya?”tanya bunda. “Nayla dan Aga pasti bahagia lihat kamu sayang banget sama Abil. Lihat kamu selalu berusaha untuk menjadi yang pertama untuk Abil. Bunda juga bahagia lihat kamu semakin bahagia setelah ada Abil di hidup kamu.”
Setelah percakapan singkat, Abel kembali ke kamarnya. Sebelum tidur, Abel mengambil buku agendanya. Dia kembali menatap Abil yang tengah pulas tidur. Senyum terukir dibibir Abel setiap saat ia melihat malaikat kecilnya sedang tertidur pulas.
Dear
Nayla dan mas Aga
Terima
kasih sudah menitipkan Abil sama aku. Kalian bisa tenang dan bahagia di sana. Abila
man sama aku pokoknya. Kalian nggak perlu khawatir, Abil bukan beban atau
penghalang bagiku. Abil itu anugerah terindah yang pernah ada dalam hidupku.
I
love you, Nayla, mas Aga.
I’ll
always love Abil till I die.
Abel
Regards,
F
0 komentar