#63 Good friends more stronger than sister

Pernahkan kalian mendengar ungkapan teman itu lebih dari saudara?

Saya rasa ungkapan di atas begitu akrab di telinga kita. Bukan sekadar isapan jempol semata, ungkapan tersebut begitu membumi di kehidupan. Kalian pasti sering menemui hubungan dua orang atau lebih, mereka begitu akrab dan tak terpisahkan. Padahal ya saudara bukan, adek bukan, kakak apalagi. 

Itu hanya dari sudut pandang orang lain ya. Jika dikulik lebih dalam, kamu pasti akan semakin 'manggut-manggut' dan mengamini ungkapan di atas. Saya pun mengalaminya sendiri dan ini nyata. 

foto: istimewa

Magic. 
Satu kata yang bisa menggambarkan betapa ajaibnya hubungan antarmanusia yang terjalin. Dari sebuah perkenalan biasa, saya dan orang ini bertemu dan menjalin pertemanan. Tak akan menyangka bahwa orang yang kita ajak kenalan ini bisa sedekat ini. 

foto: istimewa.

Berangkat dari sebuah sekolah menengah pertama di kawasan Wirobrajan, saya mengenal teman-teman yang kini jadi partner Barcode Project. Mereka adalah Winda dan Arista. Saya sendiri lupa, kenapa bisa kenal mereka? Apalagi menjalin hubungan hingga kini? Padahal ya, saya dan mereka sempat putus hubungan, nggak pernah ketemu, nggak pernah kontak-kontakan, grup chat aja nggak punya, lho.

Karena kesibukan masing-masing, kami pun jadi jarang bertemu. Dalam setahun mungkin bisa dihitung jumlah pertemuan kita. Buka bersama aja lebih sering wacana hehe  Sekali lagi, ini ajaib! Entah bermula dari obrolan chat, saya dan Winda kembali bertemu tepatnya saat kami sudah kuliah. Berapa tahun coba?

foto: Instagram/vindiasari
"Established since 2006. First time, we met at the junior high school. It was so long. We seldom hang out, but we were connected. Tsaaah~ She never changes. Stay humble, friendly, and the good listener. Hopefully, next time we will meet with the newest ambience. *Thank you mbok nda, finally i knew that place.* Ajakin aku jadi gahuuul ya," tulisku pada caption foto di atas. 
Ternyata usai pertemuan itu, kami kembali bersahabat.  *Lha kapan musuhan? Setelah jarang ketemu, sekalinya ketemu obrolannya masih nyambung. Masih suka hal-hal receh, baper, dan sama-sama suka psikologi dan kepribadian. Padahal ya bukan anak psikolog. Hahahha

Tak pernah menyangka, saya kembali dekat dengan krucil satu ini hingga bikin project. Kali ini saya makin sadar bahwa pertemanan yang terjalin antara saya dan Mbok Nda bukan pertemanan biasa. Saya lebih sering cerita banyak hal sama dia. Tapi bedanya, dia nggak seheboh saya kalau curhat. Orangnya masih suka memfilter huft. Apakah kamu tak mempercayaiku, Nda? 

Kalau Arista, jangan ditanya. Kalau kata Winda, "Arista sama dengan work, work, work." Dia wanita karier yang super sibuk dan punya jadwal ekstra padat dari kami. Damai ya, Ta. :D

foto: istimewa. 

"Saya telah menganggap mereka sebagai teman rasa saudara. Kata orang, pertemanan yang telah terjalin lebih dari tujuh tahun adalah persahabatan abadi."

Semasa SMA, saya juga menemui teman rasa saudara. Mereka adalah Mbak Dian dan Mei. Dua cunthel yang mewarnai masa SMA dengan hal-hal receh namun membahagiakan. Ada banyak kejadian lucu dan terkenang bersama mereka. Kalau dihitung-hitung, saya dan mereka udah temenan sekitar 8 tahun. Waaaah! Bersyukur banget punya mereka, padahal ya kita jarang ketemu. Ada yang sibuk masing-masing saat kuliah, apalagi yang di Bandung. Kita ketemu aja cuma pas dia balik ke Jogja.


Dalam menjalin pertemanan dengan dua cunthel ini, kita saling terbuka. Kalau nggak suka ya bilang nggak suka. Kalau lagi bete ya bete. Bilang jujur kalau lagi bete trus beberapa saat kemudian baikan. Marahan pun begitu, kita marahan kayak sama saudara sendiri. Kalau boleh jujur, saya malah lebih deket sama temen-temen. Entah itu masalah karier, percintaan, pertemanan, maupun masalah sama diri sendiri. 



"Saya begitu bersyukur mengenal kalian. Good friends are hard to find, harder to leave and impossible to forget."


Kamu sendiri punya teman rasa saudara nggak?

Regards,
V

You May Also Like

0 komentar