Barcode Project

Barengan Corat-Coret Ide

Barcode Projects

  • Home
  • Penulis

Ada kalanya memilih. 
Seperti hidup yang selalu memilih di antara banyak pilihan. 
Kita memilih untuk hiatus sampai waktu yang belum ditentukan. 
Sampai bertemu di angka selanjutnya.

Regards, 
V, F, A.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pernahkan kalian mendengar ungkapan teman itu lebih dari saudara?

Saya rasa ungkapan di atas begitu akrab di telinga kita. Bukan sekadar isapan jempol semata, ungkapan tersebut begitu membumi di kehidupan. Kalian pasti sering menemui hubungan dua orang atau lebih, mereka begitu akrab dan tak terpisahkan. Padahal ya saudara bukan, adek bukan, kakak apalagi. 

Itu hanya dari sudut pandang orang lain ya. Jika dikulik lebih dalam, kamu pasti akan semakin 'manggut-manggut' dan mengamini ungkapan di atas. Saya pun mengalaminya sendiri dan ini nyata. 

foto: istimewa

Magic. 
Satu kata yang bisa menggambarkan betapa ajaibnya hubungan antarmanusia yang terjalin. Dari sebuah perkenalan biasa, saya dan orang ini bertemu dan menjalin pertemanan. Tak akan menyangka bahwa orang yang kita ajak kenalan ini bisa sedekat ini. 

foto: istimewa.

Berangkat dari sebuah sekolah menengah pertama di kawasan Wirobrajan, saya mengenal teman-teman yang kini jadi partner Barcode Project. Mereka adalah Winda dan Arista. Saya sendiri lupa, kenapa bisa kenal mereka? Apalagi menjalin hubungan hingga kini? Padahal ya, saya dan mereka sempat putus hubungan, nggak pernah ketemu, nggak pernah kontak-kontakan, grup chat aja nggak punya, lho.

Karena kesibukan masing-masing, kami pun jadi jarang bertemu. Dalam setahun mungkin bisa dihitung jumlah pertemuan kita. Buka bersama aja lebih sering wacana hehe  Sekali lagi, ini ajaib! Entah bermula dari obrolan chat, saya dan Winda kembali bertemu tepatnya saat kami sudah kuliah. Berapa tahun coba?

foto: Instagram/vindiasari
"Established since 2006. First time, we met at the junior high school. It was so long. We seldom hang out, but we were connected. Tsaaah~ She never changes. Stay humble, friendly, and the good listener. Hopefully, next time we will meet with the newest ambience. *Thank you mbok nda, finally i knew that place.* Ajakin aku jadi gahuuul ya," tulisku pada caption foto di atas. 
Ternyata usai pertemuan itu, kami kembali bersahabat.  *Lha kapan musuhan? Setelah jarang ketemu, sekalinya ketemu obrolannya masih nyambung. Masih suka hal-hal receh, baper, dan sama-sama suka psikologi dan kepribadian. Padahal ya bukan anak psikolog. Hahahha

Tak pernah menyangka, saya kembali dekat dengan krucil satu ini hingga bikin project. Kali ini saya makin sadar bahwa pertemanan yang terjalin antara saya dan Mbok Nda bukan pertemanan biasa. Saya lebih sering cerita banyak hal sama dia. Tapi bedanya, dia nggak seheboh saya kalau curhat. Orangnya masih suka memfilter huft. Apakah kamu tak mempercayaiku, Nda? 

Kalau Arista, jangan ditanya. Kalau kata Winda, "Arista sama dengan work, work, work." Dia wanita karier yang super sibuk dan punya jadwal ekstra padat dari kami. Damai ya, Ta. :D

foto: istimewa. 

"Saya telah menganggap mereka sebagai teman rasa saudara. Kata orang, pertemanan yang telah terjalin lebih dari tujuh tahun adalah persahabatan abadi."

Semasa SMA, saya juga menemui teman rasa saudara. Mereka adalah Mbak Dian dan Mei. Dua cunthel yang mewarnai masa SMA dengan hal-hal receh namun membahagiakan. Ada banyak kejadian lucu dan terkenang bersama mereka. Kalau dihitung-hitung, saya dan mereka udah temenan sekitar 8 tahun. Waaaah! Bersyukur banget punya mereka, padahal ya kita jarang ketemu. Ada yang sibuk masing-masing saat kuliah, apalagi yang di Bandung. Kita ketemu aja cuma pas dia balik ke Jogja.


Dalam menjalin pertemanan dengan dua cunthel ini, kita saling terbuka. Kalau nggak suka ya bilang nggak suka. Kalau lagi bete ya bete. Bilang jujur kalau lagi bete trus beberapa saat kemudian baikan. Marahan pun begitu, kita marahan kayak sama saudara sendiri. Kalau boleh jujur, saya malah lebih deket sama temen-temen. Entah itu masalah karier, percintaan, pertemanan, maupun masalah sama diri sendiri. 



"Saya begitu bersyukur mengenal kalian. Good friends are hard to find, harder to leave and impossible to forget."


Kamu sendiri punya teman rasa saudara nggak?

Regards,
V
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
tema bebas
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai hai, udah lama nggak nyapa dengan sok manis manja penuh dengan basa-basi ini. he he he

Foto: Pinterest
Tema kali ini tentang first experience di-bully. Kalau ditanya aku pernah gak di-bully, sebenernya aku agak bingung karena aku nggak merasa kalo misal kena bully. Entah karena bukan bully fisik ataupun yang harassing gitu. Mungkin kalopun iya, verbal bullying sih. I just try to comfort myselft that they just saying for fun not for hurt me. But sometimes when I felt really tired or super sensitive, I just being silence or sulking a bit.

Malah aku kadang yang nge-bully temen aku. Cuma bullynya sebatas ejek-ejekan atau canda gitu ibarat saling lempar ejekan gitu, bukan bully fisik ataupun bully yang tend to hurt someone. Walaupun kadang aku juga sadar kalo jangan sampai candaan yang kecil melebar jadi masalah atau malah nyakit orang lain. Jadi tetep kudu bisa ngerem kalo kita lagi becandaan sama teman sendiri. Suka kebablasan kadang.

So, yang perlu diinget adalah ketika ada orang yang bully secara verbal, anggaplah angin lalu. Karena kalo dibiarin mengendap nanti malah jadi tekanan. Kalo suka becanda sama temen, inget juga buat ngerem atau disaring, takutnya kebalasan dan ternyata hurt someone. Dan kalo emang kena bully, jangan takut untuk cerita ke orang lain, ceritalah ke orang yang memang bisa dipercaya dan diandalkan. Don't let them take you down with their words. Be strong!!

Regards,

F

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Foto: Pinterest
Berbagi adalah satu kata yang indah. Ketika kita berbagi, berarti kita sudah berniat dan dengan ikhlas ingin memberi apa yang kita miliki kepada orang lain. Berbagi bukan hanya tentang harta. Berbagi bisa dalam bentuk apapun itu yang kita miliki atau kita bisa usahakan dan memiliki manfaat bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Berbagi yang ini aku kaitkan dengan relawan. Menjadi relawan untuk pertama kalinya aku tidak tahu, tapi untuk pertama kalinya aku merasa ingin merasakan menjadi relawan bagi mereka. Sepertinya kata relawan terlalu berat bagiku, aku menggunakan kata berbagi disini yang menurutku lebih ringan. Ketika aku melakukannya, aku berniat untuk membantu dan aku ingin belajar. Belajar bertanggung jawab, belajar memahami sekitar yang selama ini aku masih awam, belajar untuk menambah kemampuanku, dan belajar untuk hal yang hubungannya dengan hati dan batin.

Ketika aku menjadi bagian dari mereka, teman-teman di Brailleiant.
Foto: Jepretan Pribadi

Banyak hal yang aku rasakan ketika aku menjalani kegiatan yang sudah aku niati sebagai relawan. Rasa gugup karena aku bertemu orang baru. Rasa Senang ketika aku bisa membuat orang lain tersenyum. Rasa bahagia ketika aku merasa ada orang lain yang membutuhkanku. Rasa khawatir karena aku merasa masih banyak kekurangan dalam beberapa hal. Rasa takut dan khawatir yang menjadi satu karena aku merasa bertanggung jawab akan apa yang mereka rasakan atau dapatkan dariku. Rasa bingung ketika aku menghadapi hal baru yang aku belum pernah hadapi. Rasa bangga karena aku pernah ada di antara mereka. Rasa berterima kasih karena aku bisa belajar banyak hal -kebanyakan hal baru-dari mereka. Rasa bersalah karena aku sadar jika aku masih sering kali tidak bersyukur. Rasa sayang karena mereka dengan baik dan terbukanya untuk menyambutku untuk bergabung dengan mereka. Rasa yang entah aku tidak tahu harus mendeskripsikannya seperti apa karena aku pernah mengenal dan menjadi bagian dari mereka ya membuatku sangat berterima kasih.

Menjadi relawan karena memang aku ingin. Aku ingin berbagi, aku ingin belajar, dan aku ingin bisa bermanfaat untuk orang lain.

Pernah ada yang bertanya, "Kenapa kamu ikut kegiatan itu/pergi kesana?" Jawabanku pun cukup singkat. " Ya karena aku pengen aja." Ketika ditanya alasannya, aku tidak bisa menjawab dengan benar-benar spesifik, karena sesungguhnya jawabannya adalah ada dihati dan batin kita.

Menjadi relawan bukanlah hal yang umum di lingkunganku dan mungkin di Indonesia (menurutku). Kata relawan di Indonesia kadang lebih identik dengan membantu dengan suka rela ketika ada bencana saja (menurutku), padahal sebenarnya ada banyak hal atau kegiatan yang lain yang membutuhkan rasa simpati dan empati kita untuk mau menjadi relawan. Menjadi relawan bagiku bukan yang kita harus bergabung dengan suatu kelompok untuk melakukan hal baik. Tetapi ketika kita rela memikirkan orang lain dan mampu berbuat baik pun bisa mengajarkan kita untuk menjadi relawan dalam arti yang sederhana. 

Regards,

F
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
foto: istimewa
This post, Vindia dan Winda cant write some words.
We are so sorry :(
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Mengenai Saya

Barcode Projects
Lihat profil lengkapku

About me

Barcode Projects adalah sebuah proyek menulis yang diinisiasi oleh dua perempuan sok struggle dan tukang baper. Perempuan yang dimaksud adalah Ferizka Winda dan Vindiasari Putri.

Barcode Projects sendiri memiliki kepanjangan 'Barengan corat-coret'. Barcode Projects ini dijadikan wadah menulis dan berbagi cerita.

Labels

  • 1
  • 10
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • A
  • Barcodeprojects
  • Bebas
  • Cinta
  • Cowok
  • Evaluasi
  • F
  • Family
  • First Experience
  • Friend
  • Lagu
  • Review
  • Society
  • V

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ▼  2017 (95)
    • ▼  November (1)
      • #69, 70, 71, 72, 73, 74,75, 76, 77, 78
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (14)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (19)
    • ►  April (10)
    • ►  Maret (15)
    • ►  Februari (9)

Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates