#2 Terlalu Lama Sendiri

Teriknya matahari kini sudah berganti mendung dengan rintik kecil yang turun membasahi jalanan kota Jogja. Jalanan yang semakin ramai disaat orang-orang mulai berjejal dengan kendaraan mereka ingin segera sampai di rumah. Gadis yang kini berusia 25 tahun ini tengah mengantri di lampu merah menunggu lampu itu berganti hijau. Dia juga ingin segera pulang dan melepas lelah seharian bekerja. Panggil saja dia Kiara.

Kiara menyalakan radio berusaha menghilangkan penat dan stress selama perjalanan. Dia mengetuk-ngetukkan jemari tangannya di stir mobil. Mengikuti setiap lirik dari lagu yang sedang diputar di radio. Setelah lagu milik Sheila on7 selesai, terdengar lagi lagu lain yang diputar. Lagu yang selalu membuat Kiara seperti dihantan di wajahnya.



“ Hufff..” Kiara mendesah. “Kenapa harus lagu ini sih? Makin kelabu aja hari ini.”

Kiara selalu merasa lagu itu terlalu menggambarkan dirinya. Dia sudah lama menjomblo. Terakhir kali dia dekat dengan seorang laki-laki adalah ketika dia di bangku SMA. Kiara merasa nyaman dengan kesendiriannya walaupun sering kali ketika dia merasa lelah dia berharap ada seseorang yang bisa menyemangati dan menghiburnya. Bahkan sahabat Kiara hampir menjodohkannya dengan rekan kerjanya. Terkadang teman-teman Kiara menganggapnya kesepian, padahal Kiara masih sangat menikmati dunia barunya di bidang tulis-menulis. Kiara benar-benar sibuk dengan dunianya sendiri. Seperti lirik dalam lagu Kunto Aji yang berjudul Terlalu Lama Sendiri.

Kunto Aji - Terlalu Lama Sendiri
Sudah terlalu lama sendiriSudah terlalu lama aku asyik sendiriLama tak ada yang menemani rasanya
Pagi ke malam hari tak pernah terlintas di hatiBahkan di saat sendiri aku tak pernah merasa sepiSampai akhirnya kusadari aku tak bisa terus beginiAku harus berusaha tapi mulai darimana
Sudah terlalu lama sendiriSudah terlalu lama aku asyik sendiriLama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiriSudah terlalu asyik dengan duniaku sendiriLama tak ada yang menemani rasanya
Teman-temanku berkata yang kau cari seperti apaKu hanya bisa tertawa nanti pasti ada waktunyaWalau jauh dilubuk hati aku tak ingin terus beginiAku harus berusaha tapi mulai dari mana
Sudah terlalu lama sendiriSudah terlalu lama aku asyik sendiriLama tak ada yang menemani rasanya
Sudah terlalu asyik sendiriSudah terlalu asyik dengan duniaku sendiriLama tak ada yang menemani rasanya
Jauh di lubuk hati aku tak ingin sendiri
Kiara mencoba mencari saluran lain, berharap ada radio lain dengan lagu yang bisa menyemangatinya. Tapi sepertinya para penyiar radio sedang tidak berpihak padanya. Untuk kedua kalinya dia berhenti pada radio yang juga memperdengarkan suara merdu Kunto Aji. Kiara pasrah, dan tidak lagi mengganti saluran radio, dia berusaha fokus pada jalanan kota Jogja yang semakin padat.
******
Kiara memasuki rumah dengan menyeret ransel yang senantiasa menemaninya kuliah dan saat ini kerja. Dia menjatuhkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata untuk beristirahat sebentar. Tak berapa lama, pipi Kiara terasa dingin. Dia membuka mata dan menemukan Dimas-kakak sepupu Kiara- tengah menempelkan segelas es sirup di pipinya.

“Kenapa itu muka lecek banget?”tanya Dimas.

Kiara kembali mendesah. “Huff.. Kenapa Kunto Aji harus nyanyiin lagu yang itu sih?”

“Lagu apa? Terlalu Lama Sendiri maksudmu?” Kiara hanya mengangguk. “Ya kalo ngerasa udah kelamaan sendiri, ya carilah pangeran berkuda putihnya. Jangan malah nyalahin Kunto Aji.”kata Dimas sambil menertawakan Kiara.

“ Enggak nyalahin, tapi itu lagu pas banget buat aku. Lagian nyari pangeran berkuda gak segampang ngebalikin telapak tangan, bro.”

“ Ya kalo kamu masih nyaman sama kesendirianmu ya udah jalani aja kayak biasanya. Kalo kamu udah siap cari pendamping ya kamu usaha. Manusia itu diciptakan dengan jodoh mereka masing-masing. Yang penting kamu ada usaha buat cari tuh pangeran.”

“Aku sih belum ngebet buat nikah, tapi kenapa orang-orang masih aja nanyain mana pacarnya, kapan nikah.”

“Hahaha.. Dibawa santai aja Ki, abis denger lagu Kunto Aji langsung sewot mulu. Cinta itu akan datang di waktu yang tepat, pada orang yang tepat. Kalo lo maksain cuma gara-gara omongan orang, yang ada ntar bukan cinta tapi rasa terpaksa.”

“Maunya juga gitu. Udahlah aku mau mandi, udah lengket banget nih badan.”
Kiara bangkit dari sofa dan menuju kamarnya. Tak berapa lama terdengar suara hantaman benda yang lumayan keras. Dimas yang mendengar langsung menyusul Kiara.

“Lo siapa? Kok bisa ada di rumah gue?”tanya Kiara dengan emosi.

Belum dijawab oleh laki-laki yang baru keluar dari kamar Dimas, Dimas sudah menyela lebih dulu. “Kenapa Ki?”

“Ini ada maling keluar dari kamarmu kak.”seru Kiara menggebu-gebu.

“Maling? Dia temenku yang mau nginep malem ini karena dia belum nemu penginapan. Jangan bilang lo timpuk dia pake ranselmu ya?”

Kiara hanya mengangguk.

Dimas bukannya kasihan pada sahabatnya yang datang dari Bandung, malah tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Kenzi-sahabat Dimas- hanya diam melirik ke arah Dimas dan Kiara bergantian sambil mengusap kepalanya yang dipukul Kiara dengan ransel.

“Ya maaf aku nggak tahu.”kata Kiara sambil menahan malu. “Sekali lagi maaf udah nimpuk tadi.”

Kiara kemudian masuk ke dalam kamar. 
Foto: Pinterest

Dia merasa malu sudah memukul dan memfitnah Kenzi sebagai maling. Kiara yang terus menutup wajahnya karena malu segera masuk ke kamar mandi dan berendam disana.
******

 Regards,

F



You May Also Like

0 komentar