#14 Ini 8 aksi pengendara yang bikin pengen misuh seketika

Foto: pexels.
Bagi sebagian orang, perjalananku dari rumah ke kantor adalah sebuah hal yang nggak biasa. Hampir setiap orang yang menanyakan alamat rumahku selalu terkejut dengan jawabanku.

"Ha rumahmu di sana, Vin?"
"Jauh banget!"
"Kamu nglaju tiap hari? Berapa menit/jam perjalanan?"
"Berapa kilometer?"

Perjalananku setiap hari memang terbilang nggak biasa. Saya membelah kepadatan jalan di kota. Waktu tempuh saya dari rumah ke kantor terbilang lama,  sekitar 45 hingga 60 menit. Nggak tentu, kadang cepet kadang lama. Saya pun sering telat ke kantor. Lalu kalau ditotal sekitar 90 menit hingga 2 jam (setiap hari), saya habiskan waktu di jalan.

Berbicara seputar perjalanan, dewasa ini jumlah kendaraan bermotor makin bertambah. Sementara jalan raya tak semakin melebar. Mungkin ada sebagian yang diperlebar, tapi jangka waktunya nggak seimbang. Kendaraan bermotor makin banyak dan imbasnya macet di mana-mana.

Kemacetan seolah jadi santapan harian saya. Kok sedih ya dengernya, tapi mau gimana lagi? Pemandangan tersebut seolah lumrah dan wajar adanya. Macet adalah salah satu hal yang tiap hari ku alami. Bukan hanya itu, ada banyak hal yang juga bikin geleng kepala. Apalagi kalau bukan para pengendaranya.

Jika jalanan sudah padat merayap, tentu si pengendara akan mencari akal agar perjalanannya tak terganggu. Mereka akan mencari cara agar perjalanannya terasa efisien dan efektif. Keinginan tersebut tak sejalan dengan pemahaman tertib berlalu lintas.

Para pengendara seolah mengabaikan aturan atau tata tertib berlalu lintas. Sekali lagi, hal tersebut seolah lumrah terjadi di keseharian. Sedih dan miris banget, hiks. Hal-hal tersebut secara tak langsung bisa menjadi kebiasaan dalam budaya berlalu lintas. Mengapa demikian? Pasalnya, para pengendara ini sudah paham bahwa itu hal yang salah atau kurang tepat. Namun demikian mereka tetap melakukannya. Alasannya? Banyak banget!

Kejadian-kejadian yang terjadi di jalan raya ini sering banget bikin mood naik pitam. Kesalahan yang mereka perbuat ini bikin saya dan pengendara lain kena imbasnya. Meski tak sampai marah yang meledak, saya seringnya bete sendiri dan misuh nggak jelas di jalan. Huhuhu

Adapun hal-hal yang bikin saya mengumpat nggak jelas di jalanan antara lain:

1. Boncengan berbanyak dan kaki si pembonceng tidak menampak di tempat semestinya.

Heu. Ini bikin bete maksimal! Entah ini alasan yang bisa diterima atau tidak. Saya paling nggak suka saat melihat pengendara motor yang membonceng orang. Kaki si orang yang bonceng nggak menginjak di pancikan, kalau orang jawa sebut. Jadi kaki dia itu lurus gitu hingga hampir menyentuh aspal.

Jujur, saya parno dan risih pake banget lihat begituan. Berasa pengen doain, kegesrek aja itu kaki kalau nggak nangkring di tempatnya. Nggak ding. Saya niatnya baik kok, ingin mengingatkan sebaiknya safety riding. Kaki menapak di pedal gitu kan lebih aman.

2. Main gas (mbleyer).

Haduuuuh yang ini apalagi, bikin polusi telinga. Saya nggak suka sama suara gas motor yang terlalu dipaksakan. Semacam orang mau bikin instrumen musik, jatuhnya malah memekakan telinga. Hal tersebut juga membuat konsentrasi si pengendara lain terganggu. Bahaya tahu kalau konsentrasi hilang.

3. Pengendara pelan tapi di tengah jalan.

Saya sepakat kalau jalan raya itu milik umum, jadi siapa saja berhak menggunakannya. Akan tetapi lebih bijak apabila pengendara tahu tempatnya. Kalau mau mengemudikan kendaraan dengan pelan dan hati-hati, sebaiknya menggunakan lajur sisi kiri. Sementara kamu yang suka salip sana sini, mari gunakan jalan lajur kanan. Eeeealah, saya sering ketemu orang memacu kendaraannya dengan pelan di tengah jalan.

4. Main klakson.

Selain suara main gas, saya nggak suka sama orang yang dikit-dikit main klakson alias nggak sabaran. Mohon bersabar ini ujiaaan~ Ujian kehidupan.

5. Pengendara motor naik trotoar.

Saya termasuk orang yang punya riwayat jalan kaki panjang. Selama SD hingga SMP, saya adalah seorang pejalan kaki dan pengguna kendaraan umum. Jadi saya tahu betul rasanya menjadi seorang yang jalan di tengah kota. Trotoar yang seharusnya diperuntukan untuk pejalan kaki, kini digunakan oleh pengendara untuk jalan pintas.

Jalan segede itu, masih kurang buat pengendara bermotor. Hasilnya sekali ada jalan, langsung libas. Hal tersebut sangat menganggu. Beberapa kali, saya sempat menulis artikel maupun bahan kuliah terkait penyalahgunaan trotoar.

https://m.brilio.net/duh/10-foto-penyalahgunaan-trotoar-ini-bikin-geram-pejalan-kaki-1703287.html

Kalau nggak kamu ketik nama lengkapku di Youtube. Nanti keluar video karya saya dan tim terkait trotoar.

6. Belum lampu hijau, sudah melaju.

Ini yang bikin paling bete dan jantung deg-degan. Saya sering pulang malam karena pekerjaan. Beberapa kasus di perempatan pada malam hari lengang. Meski begitu, selayaknya kita pengendara tetap mematuhi lalu lintas. Kalau merah ya berhenti, kuning pelan-pelan, dan hijau jalan.

Saking nggak sabar dan melihat situasi yang sepi, nggak sedikit yang memilih menerobos lampu lalin. Alhasil ada yang kecelakaan, karena berjalan tidak sesuai waktunya. Dont be fool, please.

7. Sein kiri, belok kanan.

Ini sering jadi bahan lelucon atau meme di media sosial. Tapi ini beneran saya alami dan termasuk sering! Aw aw, kadang sampai geleng-geleng kepala sendiri. Lalu berkata, "benar kata meme."

8. Pakai jubah atau jilbab panjang dan nutupin lampu sein.

Saya kok hilang respek ya sama mbak mbak berjilbab panjang nan menjuntai, ketika mereka naik motor dan jubahnya menutup lampu sein. Bolehlah berjilbab panjang hingga lantai, tapi mohon demi kemaslahatan bersama. Jilbabnya dibikin nggak nutupin plat motor. Kan nggak tahu si mbak itu mau belok kanan apa kiri. Nanti tahu-tahu belok gitu?

Hmmm apalagi ya? Sepertinya sudah banyak ya. Tak baik menuliskan hal di atas terlalu banyak. Nanti ketahuan, intensitas suka misuh di jalan. Nggak ding~

Sekian tema tulisan barcode kali ini. :)

Regards,

V

You May Also Like

0 komentar