Barcode Project

Barengan Corat-Coret Ide

Barcode Projects

  • Home
  • Penulis
Foto: dokumen redaksi.

Tema kali ini tentang family and friend, kali ini saya mau cerita tentang pekerjaan pertama usai lulus. Saya pekerja di sebuah media online yang biasa menyajikan tulisan unik. Cukup tertantang dan sangat keluar dari jalur sebelumnya, saya rasa ini pekerjaan yang 'nekat'.

Saya kira bekerja di media akan memiliki sangat-banyak-karyawan atau pegawai. Namun di media tempat saya bekerja, hanya ada sekitar 40-an orang. Ini khusus cabang Jogja ya. Kalau Jakarta, saya nggak tahu. Hehe


Saya benar-benar menjadi orang baru di kantor, pasalnya nggak ada satu orang pun yang saya kenal. Namun dari situ, saya justru mendapat banyak kenalan baru. Ternyata, hal yang lebih mengejutkan adalah si A, B, C adalah temennya temenku. Hehehe

"Dunia begitu sempit," ungkapku pada salah satu teman di kantor.

Kali ini saya bisa menyebutkan setiap nama dari foto di atas. Karena konten yang biasa kita buat adalah konten unik dan kreatif, tentu para peraciknya juga nggak kalah kreatif dan unik. Setiap di kantor, selalu saja ada bahasan yang lucu dan bisa bikin ketawa. Berasa kayak berorganisasi, bocahe unik-unik dan khas. Suasana kantor yang nyaman dan santai pun tercipta di antara mereka. Meski begitu, profesional tetep nomor satu dong. Kalau lagi ada kerjaan, ya kerja.

Yeay dapat kenalan baru, makin gede kan linknya?

Regards,

V
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
foto: pexels.


Lama tak menorehkan kata-kata untuk blog ini. Beberapa waktu sebelumnya, saya memang disibukan dengan long weekend yang cukup menyita perhatian. Saya mencari kebahagiaan manis untuk diri sendiri. Menarik diri dari rutinitas yang hampir seharian menatap layar komputer kantor.

Alasan untuk menjauh dari layar komputer membuat project ini ikut terseret. Terseret untuk diabaikan hehe. Jadi saya rela membayar denda untuk memberikan pahala yang berfaedah :")

Lalu pada tema yang kece ini, saya kembali mengumpulkan semangat menulis. Tema yang selalu menarik untuk dibahas, cinta. Tema ini sudah menjadi makanan sehari-hari, tapi sulit untuk jika tak melibatkan perasaan.

Cinta kali ini berhubungan dengan barang kesukaan. Ngaku deh, siapa yang suka benda kesukaan atau favorit? Hampir setiap manusia di muka bumi ini punya deh! Saya pun punya! Siap-siap dua bulan lagi saya ulang tahun, kamu bisa nyiapin benda-benda ini buat jadi kado hehe..

Apa saja?

1. Handphone.

Saya cukup prihatin dengan diri saya. Mengingat barang yang saya menjadi favorit saya adalah handphone. Tak tahu sejak kapan, saya jadi orang yang nggak bisa lepas dari hape. Hiks Apalagi tuntutan kerjaan memungkinkan untuk kepo dengan sosial media.


2. Buku/Novel.

Saya termasuk yang suka membaca buku, oleh sebab itu saya menjadikan buku sebagai benda kesukaan kedua.

3. Notes/Notebook.

Beranjak dewasa, saya sering menuangkan ide-ide dan kegelisahan dalam sebuah jurnal. Nulis manual adalah kelegaan tersendiri bagi saya. Kendati demikian, seiring perkembangan zaman tepatnya saat akhir SMP. Saya mulai mengenal blog, beralihlah saya ke blog. Etapi jujur, tiap ke toko alat tulis/kantor, saya menyempatkan diri untuk mampir ke bagian notes-notes. Tahukah kamu? Saya suka laper mata melihat notes/notebook lucu. Kalau punya uang berjuta-juta, rasanya jadi pengen beli semua. Hehe

4. Tas Totebag.

Saya termasuk orang yang nggak suka ribet, tapi menurut temen-temen saya orangnya ribet hehe. Nah loh! Dalam keseharian, sama halnya ketika mendapati notebook. Saya juga suka keranjingan menatap jajaran tas totebag. Hiks...

5. Sweater.

"Mbak kamu kok tiap hari pakai sweater," ungkap seorang teman.
Hehe saya emang suka banget sweater. Sebagai seorang penglaju yang tiap hari menempuh 40 km demi mencari sesuap nasi, saya membutuhkan fisik yang kuat. Biar nggak kedinginan, jaket atau sweater jadi andalan!


Sejujurnya ada banyak banget benda favorit, tapi 5 benda yang paling favorit sih ada di atas ya!~ Maksud saya yang terlintas di benak sih. Heuheu Benda di atas bisa sewaktu-waktu berubah, tergantung suasana hati si penulis. Hehe

Mbok Nda, we nggak denda lagi ya! :D

Regards,

V
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
It's something simple. 
Just talk and friendliness.

Sore itu, ketika aku sedang menunggu pesananku di salah satu tempat makan di jalan HOS Cokroaminoto, terlihat dua orang berjaket hijau dan hitam, bapak-bapak dan mas-mas. Kalian pasti tahu si jaket hijau dan hitam itu. Sering kali aku bertemu ketika aku membeli makan.

Aku yakin mereka tidak saling kenal, tapi seakan sudah mengenal lama. Keakraban dan keramahan terlihat saat mereka bercakap-cakap. Satu hal yang membuat mereka saling mengenal walaupun tidak tidak benar-benar mengenal, PEKERJAAN MEREKA. 

Si bapak dan si mas berjaket hijau dan hitam terlihat bercakap-cakap sejak mereka sama-sama datang dan menunggu antrian. Bertegur sapa, saling bercerita pengalaman mereka mengenai pekerjaan mereka itu. Tanpa malu si bapak bertanya pada si mas tentang fitur yang beliau belum tahu cara menggunakannya. Si mas dengan sabar dan senang hati mengajari si bapak dengan tidak terburu-buru. 
Foto: Jepretan Sendiri

Tak mengenal tua atau muda, mereka saling berjabat tangan ataupun sekedar menyapa satu sama lain dimanapun mereka (si jaket hijau dan hitam) bertemu.

Tanpa sadar aku tersenyum. Percakapan singkat dan keramahan mereka. 
Sungguh itu adalah pemandangan indah bagiku kala itu.

Regards,

F
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Foto: Pinterest

Ada apa dengan hari Selasa?

Dan jawabannya adalah ........ ada yang gak posting lagi kemarin. Entah ada apa dengan hari Selasa. Selasa minggu lalu dan minggu ini kita, aku sama vindi, sama-sama nggak posting. 

Mungkin itu akan jadi rejekinya orang lain kali ya, karena kita pura-pura lupa nulis atau sok sibuk..

Kena denda lagi ya barcode kita! 😁😁
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
It's Friday and it's 17 April, it means barcode's second monthiversary!
Foto: i.huffpost.com
First experience kali ini adalah travel alone a.k.a solo travel. Honestly, I've never travel alone. Mostly, I travel with my family or friends. Tapi, pernah sekali aku travel cuma berdua sama kakakku yang juga gak sering solo travel. Waktu itu kita ke kota yang katanya selalu macet. Yups, Jakarta. 

We went to Jakarta, coz I've to accompany my sister to her friend's wedding. Actually, nothing special but I kind felt how is the feeling travel alone. Like you've to move quickly, be responsible on your own, and you've to adapt with the environment quickly. 

Aku menikmati perjalanan yang kurang lebih 8 jam naik kereta Jogja-Jakarta. Begitu sampai stasiun Pasar Senen, aku ketemu temen mbakku yang kita mau tumpangi, dan for the first time naik KRL. Baru move dari kereta langsung masuk ke KRL dan waktu itu pas banget sama jam pulang kantor yang, WOW, padat banget. Pertama kali naik KRL, ngerasa "duh rame banget, kayaknya nggak lagi-lagi deh.", terus abis itu ngerasa, "not bad, dan jadi pengen ngerasain naik public transportation ini ke depannya."
Foto: Jepretan Pribadi
Pas di KRL pun mereka sama-sama saling menghargai, dan consider with others juga kok. Dan buat kalian yang belum pernah naik KRL nih, buat yang cewek mending naik gerbong yang khusus wanita. Apalagi kalo lagi jam padat gitu, lebih aman untuk yang cewek naiknya di gerbong khusus cewek. Yang aku tahu sih kalo khusu cewek itu ada di yang ujung-ujung. Kalo kemarin sih aku ngehnya, gerbongnya pasti warna pink, (tapi nggak tau juga sih bener semua pink enggak).

Nggak banyak yang aku lakuin disana. Aku kali ini sih mau share yang kaitannya sama kereta. Oh iya, kemarin juga jadi belajar kalo mau pergi-pergi apalagi naiknya public transportation, kudu banget on time kalo bisa lebih awal. Itu hukumnya WAJIB!

Dan waktu balik dari Jakarta, aku ambil kereta yang malem. Dan karena ekonomi jadi aku kudu berhadapan dengan penumpang yang lainnya. Sedikit awkward dan nggak nyaman sih, cuma yaudahlah. Untungnya sih mas-mas depan kita nggak nyebelin dan tidur dengan antengnya hahaha

Pas malem gitu, agak lupa jam berapa, agak ada hal yang bikin deg-degan. Karena tiba-tiba aja penumpang disebalik kursi aku tuh kayak ngigau gitu. Bapak-bapak dan kayaknya sampai beliau jedukin entah tangan entah kepala, karena ada suara brug-brug yang berulang kali dan aku nggak berani nengok mastiin. Ngerasa horor aja. Dibangunin istrinya, sampai pihak kereta juga ada yang kesitu, nanya sekaligus mastiin gitulah. Agak horor sih..

I hope I can enjoy another solo travel again next time.. 
Regards,

F
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Happy friday barcodes!!

Foto: Pinterest

Postingan kali ini kita cuma mau announce kalo Selasa kemarin kita berdua lagi berkutat dengan kegiatan masing-masing alhasil nggak ada posting.

So, Selasa kemarin denda dan semoga nanti kalo udah terkumpul akan jadi hal yang bermanfaat, amin..

Thank You ☺
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hi guys! Udah hampir jam 23.00 nih.
Kali ini aku sama Vindi mau kasih reviw tentang tempat makan. Berhubung aku suka makan, yasudahlah aku memilih untuk review tempat makan. Aku bakal review Musiro Korean Food. Yups, aku termasuk penggila tentang hal-hal berbau korea. Sebenernya nggak penggila banget sih, masih batas wajarlah.

Nah, buat kalian yang pernah atau sering nonton drama atau variety show korea pasti nggak jauh-jauh tentang makanannya juga. Sumpah, kalo nonton variety show korea yang lagi makan tuh bener-bener bikin kita laper dan pengen ikut makan, padahal itu nontonnya udah abis makan tengah malem pula. Sumpah godaan banget.

Di jogja tempat makan k-food gitu sebenernya udah mulai banyak. Dulu jaman masih kuliah di kampus yang ada di utara sana, aku sering sama temen-temen nyobain tempat-tempat makan baru. Sehubungan dengan kita suka tentang k-pop, kita cobalah makanannya juga. Aku udah beberapa kali sih ke Musiro dikala pengen banget makan k-food. Lokasinya tuh ada di deket UNY, sebrangnya bowling (aku gak apal nama jalannya), bisa lewat jalan gejayan bisa lewat dari daerah UGM atau UNY. 

Tempat parkirnya nyaman kok, ada di dalem pager. Bentuknya sih lebih ke kayak rumah lama gitu, ada beberapa meja yang diluar dan di dalem. Di dalem pun ada beberapa gitu karena model rumahnya ada sekatnya gitu. Soal harga, kalo dibandingin Dae Jang Geum jelas Musiro lebih murah. Tapi porsinya beda juga. Dulu sih ada Michigo, tapi sekarang udah tutup. Ada Juga Nonaso Korea, lokasinya di belakang SMAN 4 Jogja (masuk-masuk gang dan bentuknya rumah gitu). 

Kalo aku urutin berdasar harga dari paling murah  Musiro hampir sama dengan Nonaso, Michigo, baru Dae Jang Geum. Kalo untuk rasa aku pilih Dae Jang Geum untuk yang urutan pertama. Untuk menu, hampir sama sih nyediainnya. Kalau di Musiro minumnya mulai dari harga 5k sampe 12k, kalo makanannya mulai dari 10k sampe sekitar 40k (inget ada pajak ppn 10%). 

Ada beberapa menu yang udah pernah aku coba. 
1. Kimbab. Ada beberapa macem kimbab disana, yang bedain itu isinya kayak misal beef atau chicken gitu. Kalo pesen kimbab, juga bakal dikasih semacam sup (lebih ke kuah kaldu gitu dan gak ada isinya hehe). Harga kalo gak salah inget tuh sekitar 25 ribuan deh.
Foto: Jepretan Sendiri

2. Dosirak. Sebenernya yang pesen dosirak bukan aku sih, tapi aku ikut cicip-cicip aja. Jadi dosirak itu sebenernya kayak nasi bekel gitu. Isinya ada nasi, kimchi, daging, telur, seaweed, dan ham/sosis. Yang unik dari dosirak, sebelum makan, dosiraknya ditutup dulu terus dikocok biar campur gitu. 
Foto: Jepretan Sendiri

3. Rapokki. Rapokki ini adalah topokki yang ditambah sama ada mienya. Isinya ada mie, topokki, sayuran kayak kobis, wortel, daun bawang, telur, sosis, dan saus gochujang. Nah, rapokkinya dimasak di meja kita. Nah, kalo mau nambah topping lain juga bisa kok, kayak topoki, telur, odeng, sosis dll.
Before
Foto: Jepretan Sendiri
 After
Foto: Jepretan Sendiri
Aku juga udah pernah pesen Gim Gye Tok. Harganya sekitar 40ribuan. Sayangnya aku gak ada fotonya. Satu piring gedhe tuh isinya macem-macem. Ada tokpokinya, telur, tempura, sama kimbab. Kenyang deh kalo dimakan sendiri.

Buat kalian yang suka k-food bisa langsung dateng kesini. Disana juga kadang sering ngadain event berhadiah gitu. Segitu dulu deh reviewnya. Selamat ngiler dan kelaperan deh ya.
Regards,

F


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Tik tok tik tok, detik jam terus berbunyi tiada henti. Suara tersebut membuatku terdesak. Sebentar lagi deadline tulisan akan mencapai akhir, sementara saya sudah lima watt dan mapan di kasur.

Alhasil saya memutuskan untuk menelusuri rekaman atau memori di kepala dan hape untuk tema kali ini, review. Pun akhirnya, tema review tempat makan menjadi kesepakatan. Kira-kira, enaknya review tempat makan apa ya?

Setelah scroll galeri di HP, saya pun memutuskan akan mereview satu tempat makan yang hits di Jogja. Nama tempatnya warung soto batok. Sesuai namanya, soto ini terbilang unik lantaran wadahnya berupa batok kelapa.

Lokasinya cukup mudah dijangkau kendaraan roda dua maupun empat. Terletak di dekat Candi Sambisari, soto batok ini menyajikan pemandangan yang asri. Bikin sedap mata dan pikiran. Coba googling aja soto batok Jogja deh. Pasti langsung banyak yang review.


Soto Bathok.

Saat itu, saya diajak teman. Karena libur dan sudah lama nggak ketemu, saya pun nggak bisa menolaknya. Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 07.00, kemudian sampai lokasi sekitar pukul 08.00. Warung soto batok ini sudah tampak ramai. Kami pun memesan soto batok untuk dinikmati di tempat.

Lokasinya cukup sederhana. Nilai jual dari lokasi tersebut adalah hamparan sawah yang hijau dan udara yang masih segar. Pagi-pagi begini, enaknya emang makan yang hangat dan segar-segar. Apalagi kalau bukan soto.

Tak berselang lama, pesanan pun datang. Tiga soto batok beserta tempe garit dan minuman. Sekali datang, sebaiknya langsung santap. Kalau kelamaan nanti dingin dan kurang nikmat. Hehe

Tempatnya enak banget buat ngobrol panjang. Bikin betah gitu. Setelah membayar di kasir, saya pun sangat merasa cocok dengan warung soto batok ini. Mengapa? Harganya sangat terjangkau euy.

Seinget saya, satu tempe garit dihargai Rp 500.
Soto batok per batok seharga Rp 5000.
Murah bukan?

Soal harga dan rasa nggak perlu diragukan lagi :)
Buruan gih ke sana, kalau pengen nggak rame dateng lebih pagi dari saya ya.

See u!

XOXO
Regards
V
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Foto: pexels.
Bagi sebagian orang, perjalananku dari rumah ke kantor adalah sebuah hal yang nggak biasa. Hampir setiap orang yang menanyakan alamat rumahku selalu terkejut dengan jawabanku.

"Ha rumahmu di sana, Vin?"
"Jauh banget!"
"Kamu nglaju tiap hari? Berapa menit/jam perjalanan?"
"Berapa kilometer?"

Perjalananku setiap hari memang terbilang nggak biasa. Saya membelah kepadatan jalan di kota. Waktu tempuh saya dari rumah ke kantor terbilang lama,  sekitar 45 hingga 60 menit. Nggak tentu, kadang cepet kadang lama. Saya pun sering telat ke kantor. Lalu kalau ditotal sekitar 90 menit hingga 2 jam (setiap hari), saya habiskan waktu di jalan.

Berbicara seputar perjalanan, dewasa ini jumlah kendaraan bermotor makin bertambah. Sementara jalan raya tak semakin melebar. Mungkin ada sebagian yang diperlebar, tapi jangka waktunya nggak seimbang. Kendaraan bermotor makin banyak dan imbasnya macet di mana-mana.

Kemacetan seolah jadi santapan harian saya. Kok sedih ya dengernya, tapi mau gimana lagi? Pemandangan tersebut seolah lumrah dan wajar adanya. Macet adalah salah satu hal yang tiap hari ku alami. Bukan hanya itu, ada banyak hal yang juga bikin geleng kepala. Apalagi kalau bukan para pengendaranya.

Jika jalanan sudah padat merayap, tentu si pengendara akan mencari akal agar perjalanannya tak terganggu. Mereka akan mencari cara agar perjalanannya terasa efisien dan efektif. Keinginan tersebut tak sejalan dengan pemahaman tertib berlalu lintas.

Para pengendara seolah mengabaikan aturan atau tata tertib berlalu lintas. Sekali lagi, hal tersebut seolah lumrah terjadi di keseharian. Sedih dan miris banget, hiks. Hal-hal tersebut secara tak langsung bisa menjadi kebiasaan dalam budaya berlalu lintas. Mengapa demikian? Pasalnya, para pengendara ini sudah paham bahwa itu hal yang salah atau kurang tepat. Namun demikian mereka tetap melakukannya. Alasannya? Banyak banget!

Kejadian-kejadian yang terjadi di jalan raya ini sering banget bikin mood naik pitam. Kesalahan yang mereka perbuat ini bikin saya dan pengendara lain kena imbasnya. Meski tak sampai marah yang meledak, saya seringnya bete sendiri dan misuh nggak jelas di jalan. Huhuhu

Adapun hal-hal yang bikin saya mengumpat nggak jelas di jalanan antara lain:

1. Boncengan berbanyak dan kaki si pembonceng tidak menampak di tempat semestinya.

Heu. Ini bikin bete maksimal! Entah ini alasan yang bisa diterima atau tidak. Saya paling nggak suka saat melihat pengendara motor yang membonceng orang. Kaki si orang yang bonceng nggak menginjak di pancikan, kalau orang jawa sebut. Jadi kaki dia itu lurus gitu hingga hampir menyentuh aspal.

Jujur, saya parno dan risih pake banget lihat begituan. Berasa pengen doain, kegesrek aja itu kaki kalau nggak nangkring di tempatnya. Nggak ding. Saya niatnya baik kok, ingin mengingatkan sebaiknya safety riding. Kaki menapak di pedal gitu kan lebih aman.

2. Main gas (mbleyer).

Haduuuuh yang ini apalagi, bikin polusi telinga. Saya nggak suka sama suara gas motor yang terlalu dipaksakan. Semacam orang mau bikin instrumen musik, jatuhnya malah memekakan telinga. Hal tersebut juga membuat konsentrasi si pengendara lain terganggu. Bahaya tahu kalau konsentrasi hilang.

3. Pengendara pelan tapi di tengah jalan.

Saya sepakat kalau jalan raya itu milik umum, jadi siapa saja berhak menggunakannya. Akan tetapi lebih bijak apabila pengendara tahu tempatnya. Kalau mau mengemudikan kendaraan dengan pelan dan hati-hati, sebaiknya menggunakan lajur sisi kiri. Sementara kamu yang suka salip sana sini, mari gunakan jalan lajur kanan. Eeeealah, saya sering ketemu orang memacu kendaraannya dengan pelan di tengah jalan.

4. Main klakson.

Selain suara main gas, saya nggak suka sama orang yang dikit-dikit main klakson alias nggak sabaran. Mohon bersabar ini ujiaaan~ Ujian kehidupan.

5. Pengendara motor naik trotoar.

Saya termasuk orang yang punya riwayat jalan kaki panjang. Selama SD hingga SMP, saya adalah seorang pejalan kaki dan pengguna kendaraan umum. Jadi saya tahu betul rasanya menjadi seorang yang jalan di tengah kota. Trotoar yang seharusnya diperuntukan untuk pejalan kaki, kini digunakan oleh pengendara untuk jalan pintas.

Jalan segede itu, masih kurang buat pengendara bermotor. Hasilnya sekali ada jalan, langsung libas. Hal tersebut sangat menganggu. Beberapa kali, saya sempat menulis artikel maupun bahan kuliah terkait penyalahgunaan trotoar.

https://m.brilio.net/duh/10-foto-penyalahgunaan-trotoar-ini-bikin-geram-pejalan-kaki-1703287.html

Kalau nggak kamu ketik nama lengkapku di Youtube. Nanti keluar video karya saya dan tim terkait trotoar.

6. Belum lampu hijau, sudah melaju.

Ini yang bikin paling bete dan jantung deg-degan. Saya sering pulang malam karena pekerjaan. Beberapa kasus di perempatan pada malam hari lengang. Meski begitu, selayaknya kita pengendara tetap mematuhi lalu lintas. Kalau merah ya berhenti, kuning pelan-pelan, dan hijau jalan.

Saking nggak sabar dan melihat situasi yang sepi, nggak sedikit yang memilih menerobos lampu lalin. Alhasil ada yang kecelakaan, karena berjalan tidak sesuai waktunya. Dont be fool, please.

7. Sein kiri, belok kanan.

Ini sering jadi bahan lelucon atau meme di media sosial. Tapi ini beneran saya alami dan termasuk sering! Aw aw, kadang sampai geleng-geleng kepala sendiri. Lalu berkata, "benar kata meme."

8. Pakai jubah atau jilbab panjang dan nutupin lampu sein.

Saya kok hilang respek ya sama mbak mbak berjilbab panjang nan menjuntai, ketika mereka naik motor dan jubahnya menutup lampu sein. Bolehlah berjilbab panjang hingga lantai, tapi mohon demi kemaslahatan bersama. Jilbabnya dibikin nggak nutupin plat motor. Kan nggak tahu si mbak itu mau belok kanan apa kiri. Nanti tahu-tahu belok gitu?

Hmmm apalagi ya? Sepertinya sudah banyak ya. Tak baik menuliskan hal di atas terlalu banyak. Nanti ketahuan, intensitas suka misuh di jalan. Nggak ding~

Sekian tema tulisan barcode kali ini. :)

Regards,

V

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Selasa di awal bulan April, waktunya barcodeprojects buat sharing. Kali ini kita akan ngomongin tentang budaya berlalu lintas.
Foto: Pinterest

Pastinya ketika kalian baca "budaya berlalu lintas", akan ada berbagai macam hal yang terlintas di kepala kalian. Sama halnya dengan aku. Ketika aku usul ide ini ke Vindi, mendadak kita langsung curhat tentang ketidak nyamanan kita ketika berkendara atau di perjalanan.

Ya aku sih sadar sebagai pengendara motor kadang masih suka ngelanggar, kayak misal lampu udah kuning terus merah aku bablasin gitu. Sebenernya itu ada dua alasan kenapa aku bablas. Yang pertama, kadang akunya mau berhenti tapi kendaraan-kendaraan dibelakangku pada tancap gas, jadi suka takut kalo kena dari belakang. Alasan yang kedua nih yang baru gak boleh ditiru, karena males nunggu. Alasan yang ketiga karena keburu-buru. Itu alasan yang seharusnya gak aku kasih, karena tetep aja aku ngelanggar. 

Cuma aku bukan orang yang suka seenaknya kok di jalan. Aku bukan orang yang bisa main hp waktu pakai kendaraan. Jadi aku suka sebel sama mereka yang pake kendaraan tapi main hp. Seakan gak bisa lepas dari hp barang semenit. Aku juga gak pernah pake headset kalo lagi naik motor. Aku sih orangnya lebih menikmati suasana jalan gitu (kecuali lagi keburu-buru atau telat hehe).

Foto: Pinterest

Hal yang aku gak suka adalah ketika mereka para pengendara lagi naik motor malah ngobrol gitu, mana ditengah jalan. Kan ganggu dan buat kita sebagai pengendara dibelakangnya bingung. Sering banget aku klaksonin biar mereka sadar gitu. Kalo masih mau ngobrol mbok ya berhenti. Kalo ngobrolnya pas lampu merah sih wajar, tapi kalo lagi jalan kan bahaya gitu. 

Aku juga gak suka sama mereka yang motornya dimodifikasi tapi malah ganggu kenyamanan orang lain. Contohnya aja bunyi klakson yang diganti dan knalpot yang suaranya super duper gak enak. Sebelnya bukan main kalo papasan dijalan dengan mereka-mereka itu. Lebih sebelnya adalah ketika mereka sengaja ngebleyer gitu dan soksokan dijalan, yang entah motornya diangkat atau apalah. Rasanya pengen ngedoain yang itu orang yang naik motor, habis suara knalpotnya itu lho ngajak ribut. Udah polusi udara, eh malah nambah polusi suara.

Dan sekarang itu, kalo di lampu merah angka baru sampe 5 udah pada main jalan aja. Kan bahaya banget kalo misal dari arah yang emang lampu ijo masih ada yang jalan (mau itu kecepatan sedang atau ngebut). Aku sih diem aja kalo belum ijo terus motor atau mobil belakang udah klakson suruh jalan. 
Foto: tribratanewspemalang.com
Aku juga masih kadang ngelanggar tapi aku selalu berusaha buat nggak ngebahayain diri sendiri dan orang lain. Aku juga berusaha ngingetin diri sendiri sih, kalo di jalan itu kudu hati-hati itu pasti, bukan buat diri sendiri tapi juga pengendara lainnya. Jangan lupa pake helm, kalo nyebrang di zebra cross, kasih kesempatan buat pejalan kaki juga. Safety first ya guys, baca doa sebelum pergi-pergi, dan jangan banyak gaya pokoknya kalo dijalan mah. 
Regards,

F
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Mengenai Saya

Barcode Projects
Lihat profil lengkapku

About me

Barcode Projects adalah sebuah proyek menulis yang diinisiasi oleh dua perempuan sok struggle dan tukang baper. Perempuan yang dimaksud adalah Ferizka Winda dan Vindiasari Putri.

Barcode Projects sendiri memiliki kepanjangan 'Barengan corat-coret'. Barcode Projects ini dijadikan wadah menulis dan berbagi cerita.

Labels

  • 1
  • 10
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • A
  • Barcodeprojects
  • Bebas
  • Cinta
  • Cowok
  • Evaluasi
  • F
  • Family
  • First Experience
  • Friend
  • Lagu
  • Review
  • Society
  • V

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • ▼  2017 (95)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (10)
    • ►  Agustus (14)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (19)
    • ▼  April (10)
      • #21 Partner kerja rasa teman
      • #20 Kecintaanku padamu
      • #19 Jaket Hijau dan Hitam
      • #18 Selasa?
      • #17 I Never Travel Alone
      • #16 Lupa Semua
      • #15 Icip-Icip K-Food di Musiro Fusion Korean Food
      • #15 Soto rekomen dari Vindia
      • #14 Ini 8 aksi pengendara yang bikin pengen misuh ...
      • #14 Yok Tertib Lalu Lintas!!
    • ►  Maret (15)
    • ►  Februari (9)

Created with by BeautyTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates